Gempa bumi
(earthquake) adalah getaran yang berasal dari dalam bumi dan merambat sampai ke
permukaan bumi disebabkan oleh adanya tenaga endogen.
Ilmu yang
secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi, sedangkan ilmuwan yang
mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa disebut seismolog. Mereka
menggunakan alat pengukur yang disebut seismograf atau seismometer. Alat
tersebut digunakan untuk mencatat pola gelombang gempa atau seismik dengan
memerhitungkan kekuatan sekaligus lama terjadinya gempa.
Lempeng-lempeng
kerak bumi bergerak perlahan saling bergesekan, menekan, dan mendesak bebatuan.
Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, bebatuan di bawah
tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang menyebabkan
gempa bumi. Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa bumi dan 34.000-nya
tergolong kuat.
Beberapa gempa
terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi. Dalam proses ini, terjadi
tumbukan antara dua lempeng dengan salah satu lempeng kerak bumi terdorong ke
bawah lempeng yang lain. Lempeng samudra di laut menumbuk lempeng benua yang
lebih tipis di darat. Lempeng samudra yang jatuh dan bergesekan dengan lempeng
di atasnya, melelehkan kedua bagian lempeng. Tumbukan menghasilkan gunungapi
dan menyebabkan gempa bumi.
Beberapa
istilah yang berhubungan dengan gempa bumi, yaitu sebagai berikut.
- Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.
- Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan hiposentrum.
- Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dan episentrum.
- Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran gempa yang sama besarnya.
- Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
- Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.
Gempa bumi
dapat diklasifikasikan antara lain berdasarkan faktor penyebabnya dan kedalaman
hiposentrum. Berdasarkan faktor penye babnya, gempa bumi dapat dibedakan antara
lain sebagai berikut.
- Gempa Bumi Runtuhan (Fall Earthquake), terjadi akibat runtuh nya batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya gua-gua besar. Radius getarannya tidak begitu luas dan tidak begitu terasa di tempat jauh.
- Gempa Bumi Vulkanik (Volcanic Earthquake), terjadi akibat adanya aktivitas gunungapi. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului terjadinya erupsi gunungapi, tetapi lebih sering terjadi dalam waktu bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa jika dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas.
- Gempa Bumi Tektonik (Tectonic Earthquake), terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan sebarannya meliputi daerah sangat luas. Salah satu contohnya seperti gempa bumi yang terjadi di bumi Nanggroe Aceh Darussalam.
Berdasarkan
kedalaman hiposentrumnya, gempa dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut.
- Gempa Dangkal, memiliki kedalaman hipo sentrum kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.
- Gempa Menengah, memiliki kedalaman hiposentrum antara 100 km–300 km di bawah permukaan Bumi.
- Gempa Dalam, memiliki kedalaman hipo sentrum antara 300–700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam yaitu 700 km.
Untuk
mengetahui intensitas kekuatan gempa maka digunakan skala intensitas gempa.
Salah satu skala yang biasa digunakan adalah Richter Magnitude Scale (Skala
Richter). Richter menentukan dasar skalanya pada magnitudo dengan meng gunakan rentang
angka 1 sampai 9, semakin besar angka maka semakin besar magnitudonya.
No comments:
Post a Comment